Pages

Sabtu, 19 Maret 2011

Makna di balik Keris Pusaka


Keris pusaka atau tombak pusaka keampuhnnya bukan saja karena dibuat dari unsur besi, baja, nikel, bahkan dicampur dengan unsur batu meteorit yang jatuh dari angkasa sehingga kokoh kuat, tetapi cara pembuatannya disertai dengan iringan do’a kepada sang maha pencipta alam ( Allah SWT ) dengan suatu upaya spiritual oleh sang empu. Sehingga kekuatan spiritual sang maha pencipta alam itu pun dipercayai orang sebagai kekuatan magis atau mengandung tuah.
Dalam filsafat Jawa digoreskan “Bapa (wong tuwo) tapa, anak nampa, putu nemu, buyut katut, canggah kesrambah” maksudnya jika ayah (orang tua) hidup prihatin dan anak, cucu, cicit, dan canggah yang akan menerima kebahagiaan. Keprihatinan yang diwujudkan dalam benda yang pengerjaannya dilakukan oleh seorang Empu dengan bermati raga dan bertapa selama paling tidak 3 bulan tentu memberikan daya yang sangat kuat yang terekam di dalam mantra yang terpatri dalam godaman sang empu lewat pembakaran dan penempaan yang terus menerus dalam keprihatinan yang mendalam.
Do’a yang terlantun dari empu yang berupa mantra-mantra ibarat kaset yang diputar dan terekam di dalam keris dan tosan aji. Kaset itu bisa diputar balik apabila yang mempunyai keris tahu cara memutarnya. Oleh karena itu dalam dunia perkerisan ada laku/ritual yang harus ditempuh seseorang apabila hendak membeli keris. Membeli keris memang dengan uang, tetapi ada yang lebih penting dari itu, yaitu dengan laku keprihatinan, laku yang sangat umum adalah Tyas manis kang mantesi, ruming wicara kang mranani, sinembah laku utama (Hati yang baik yang selalu mengemuka, keharuman pembicaraan yang senantiasa menarik, ditambah laku keutamaan). Tanpa laku itu keris tidak akan bermakna.
Keris sebagai produk spiritual yang bermaksud dan bertujuan penciptaannya adalah sebagai tempat untuk menyimpan do’a dan harapan dari Empu. Kita sebagai pemilik keris, mengharapkan do’a dan harapan Empu yang disimpan di dalam keris agar terkabul atas kehendak Allah. Tentunya kita sebagai manusia sebaiknya jangan “Nerjang Landep”. Ini bermaksud dengan memiliki keris yang memenuhi kriteria tangguh, sepuh, utuh lalu sifat peribadi kita tadi agar turut sama menjadi satu bentuk pribadi yang tangguh, sepuh, utuh.
  • Sepuh, artinya kita memiliki kedewasaan secara spiritual dalam memahami Sang Pencipta melalui agama dan kepercayaan kita masing-masing.
  • Tangguh, artinya Keyakinan yang kuat Kepada agama. Menjadikan kita sebagai manusia yang banyak sekali mengalami godaan tetapi tidak mudah tergoda.
  • Utuh, dalam memahami agama atau kepercayaan kita, sebaiknya fahamilah secara utuh dan tidak setengah jalan saja. Setelah kita memiliki pakaian, busana, ageman, atau agama yang tangguh, sepuh, utuh, tentunya di sana akan muncul pamor dan gaya.
  • Pamor merupakan cahaya yang hidup sebagai manusia beragama, manifestasi daripada hidupnya keyakinan yang kita miliki yang selanjutnya setiap pribadi akan memiliki performance sebagai manusia spiritual yang dikatakan sebagai gaya.

Pada suatu masa, apabila apa yang dicita-citakan telah tercapai, janganlah kita menjadi manusia yang adigang, adigung , adiguno kemudian menentang norma-norma, adat istiadat, hukum, dan tata susila kehidupan sosial.

Keris dalam performancenya yang utuh merupakan simbol hubungan antara manusia dengan Sang Pencipta. Keris terbagi kepada tiga bagian yaitu:   
  1. Bilah, yang merupakan symbol kehidupan. Pada bagian Bilah terdapat dua bagian yang tajam (landep) yaitu merupakan simbol “Landep Ing Roso” artinya ketajaman rasa atau dikatakan kepekaan rasa, tentu saja kepekaan rasa dalam lingkungan kita dan sekitarnya.   
  2. Ganja, merupakan simbol landasan hidup (spiritual) yang kuat. Yang harus dimiliki setiap orang. Landasan hidup yang kukuh, disertai dengan ketajaman dan kepekaan rasa yang tajam, manusia diharapkan dapat menjalani kehidupannya yang akhirnya menuju ke satu titik (ujung keris) yaitu Sang Pencipta. 
  3. pesi merupakan simbol lingga yoni, yaitu symbol keabadian.

    Salah Satu Koleksi Saya  
    Keris          : Luk 13
    Pamor        : Beras Wutah
    Tangguh     : Mataram Senopaten
    Warangka   : Gayaman Jogja 

    Kondisi keris tersebut awalnya dipenuhi karat sehingga saya hampir-hampir tidak menyukainya. Tetapi setelah dicuci dan diwarangi oleh ahlinya. Hasilnya sangat memuaskan sekali. 



    0 komentar:

    Posting Komentar

     

    Copyright © KERIS SEBAGAI PESONA BUDAYA NUSANTARA. Mas Singgih